Siluet Pemberi Bahagia



Senja mulai datang. Dari balik pohon rindang, cahayanya mengabarkan. Angin halus meluruhkan beberapa daunnya yang mulai mengering tidak tertahankan. Jatuh.

Perempuan itu masih di tempatnya. Duduk menghadap lautan dengan wajah berbunga. Tidak! 
Tidak hanya wajahnya. Hatinya juga melakukan hal yang serupa. Senyum berkali-kali menjadi penandanya. Entah hal apa yang membuat dirinya begitu bahagia.

Beberapa orang yang berjalan di depannya, diberikan senyuman yang sama. Penuh bahagia. Kiranya dia ingin mengabarkan pada dunia, ini adalah senja terindah yang pernah dijumpa. Karena sang pemberi bahagia akan segera tiba.  Menunaikan janjinya yang lama belum terlunaskan sepenuhnya.

Matanya tajam menatap lautan senja. Hatinya berkecamuk menunggu janji sang pemberi bahagia. Berkali-kali dilihatnya angka dari jam yang melingkar manis di tangan kanannya. Ah, itu pemberian darinya. Seseorang yang sejak tadi membuat dirinya menunggu untuk waktu yang lumayan lama. 

Senja mulai berjalan menuju ufuknya. Sinarannya tampak berpendar di mana-mana. Tidak terkecuali menimpa punggung perempuan yang sejak tadi tidak beranjak dari tempatnya. Menunggu janji sang pemberi bahagia, katanya.

Dan akhirnya, senja bertemu dengan sudutnya. Semua sisinya perlahan mulai berubah menjadi kabut menggelap. Cahayanya tertutup dengan awan pekat. Hamparan lautan di depannya mendadak terasa kasat. 

Seketika hatinya menjadi gamang. Fikirannya tidak karu-karuan. Bayangan sang pemberi bahagia tidak kunjung datang. Padahal senja sudah mengabarkan akan segera pulang.

Pelan tapi pasti, senyuman bahagia si perempuan tadi mulai sirna bersama senja yang usai. Kebahagiaan yang direka tadi, menguar bersama pergantian mentari. Hatinya turut menggelap. Senyumnya mendadak lenyap. Suaranya berakhir senyap. Siluet sang pemberi bahagia benar-benar tidak dapat ditangkap.

#30DWCJilid9 #Squad6 #Day6 #Tulisan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Kamu Bahagia?

-Sister From Another Mom- Chapter III (Contemplation)