Pena: Hadiah dan Pesan Kebaikan



 

This is for you^^ nanti ke ruangan kakak ya.

Setelah rutinitas doa pagi usai, sebuah pesan singkat dengan kiriman gambar yang menyertainya -yang sukses membuat aku Exciterd- masuk ke dalam akun whatsapp. Uhuy, tak perlu bertanya siapa pengirimnya. Sudah jelas tertera di layar handphone “Kak Sumi”.  Tak lengah, segera kubalas dengan kalimat “Masyaaa Allahh.. Otewe.”

Sepanjang jalan menuju ke ruangannya aku memasang  wajah mesem-mesem. Mungkin saja akan tertangkap oleh kamera CCTV di ruangan AKAMA. Ah, apa perduliku?

Kupercepat langkah agar segera sampai di ruangan dia. Setibanya di sana, kuketuk pintu ruangan itu dan mengucapkan salam. Dan sesudahnya masuk dengan tertawa yang tidak tertahankan. Begitu juga dengan dia dan beberapa penghuni ruangan yang lain.

Well, sebenarnya ini perkara biasa di mata orang-orang . Hal yang lumrah jika ada kejutan di pagi hari. Nothing special, right? Tapi ya kembali kepada pribadinya masing-masing. Teruntuk saya sih, Ini something special banget. Soalnya baru kali ini dapat sureprise di pagi hari. Padahal hanya sebatang pena. Tapi yang bikin senengnya itu ada tulisan nama, “Mira Misissaifi” dan juga dibawa jauh-jauh dari kota seberang, Batam. Dan sudah tentu ada rasa sayang yang terselip di antara pemberiannya.

Seketika aku pun menjadi teringat hadits Rasulullah SAW tentang memberi hadiah;
تَهَادَوْا تَحَابُّوا
Salinglah memberi hadiah, maka kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrod, no. 594. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa’, no. 1601. Syaikh Musthofa Al-‘Adawi dalam catatan kaki Fiqh Al-Akhlaq menyatakan bahwa sanad haditsnya hasan dengan syawahidnya)

Nah, sama-sama ingatkan sama hadits yang satu ini. So, nggak berlebihan sepertinya kalau aku begitu mengapresiasi pemberian ini. Tapi di lain hal, aku pribadi memaknai pemberian ini sebagai salah satu bentuk penyemangat. Lah, kok bisa? 

Because, pena yang notabennya sebagai alat untuk menulis ini sangat matching banget dengan aku yang lagi belajar nulis. Jadi rasanya tidak sah kalau aku tidak menggunakan pena ini untuk goresan kebaikan di masa depan. Dan juga pena ini seperti penyemangat untuk aku benar-benar dalam menulis. Menulis tentang kebaikan tentunya. Sehingga dengan begitu akan mengalir jugalah kebaikan untuk pemberi pena tadinya. 

Last, kututup tulisan ini dengan mengutip kata-kata sang pujangga Yus R Ismail;

Ajari aku menggunakan pena, akan kutulis gemericik angin, udara dingin, kabut senja sampai daun gugur

#30DWCJilid9 #Squad6 #Tulisan #Pena #Hadiah #PesanKebaikan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Kamu Bahagia?

-Sister From Another Mom- Chapter III (Contemplation)

Siluet Pemberi Bahagia