Saudara untuk didoakan

Ketika senja mulai tiba, ada untaian doa yang mengalir hangat. Langsung kudengar dari bibir seseorang yang kugelar sahabat dekat. Dia berdoa sembari menggenggam tanganku dengan erat. Mengatur setiap katanya dengan tepat. Dan kufikir, doanya adalah pinta yang sederhana. Tidak terlalu banyak meminta di dalamnya. Hanya bait-bait harapan tentang kebaikan agar segera kutemukan di masa depan.

Dan disaat Maghrib usai, kejadian serupa kembali terulang. Hanya kali ini berbeda di dalam penyampaian. Kumpulan doa-doa terbaik itu hadir lewat pesan singkat di beberapa akun media sosial. Aku segera membukanya satu persatu. Memindai dengan cepat siapakah gerangan yang telah rela meluangkan waktunya dengan berdoa untukku. Lantas setelah kutahu siapa pengirimnya, segera kunikmati setiap baris katanya dengan hati yang mengharu biru. Dan sesudahnya ku Aminkan satu persatu.

Sejenak aku menjadi sadar bahwasanya setiap doa yang mengalir, setiap harapan akan kebaikan yang bergulir, adalah pertanda bahwa aku masih saudaramu. Saudara yang sewaktu-waktu harus diingatkan tatkala berbuat kesalahan. Saudara yang harus segera diselamatkan disaat jauh dari kebaikan. Saudara yang setiap harinya meminta untuk didoakan, untuk diberi harapan, juga untuk dikuatkan.

Terima kasih telah berdoa untukku.

Ya. Pada akhirnya kalimat itu yang kususun untuk menjadi balasan dari setiap doa dan harapan. karena aku tahu, tidak semua orang rela memberi sedikit waktunya untuk saling mendoakan. Tidak semua orang mampu menyempatkan dirinya untuk sekadar memberikan kalimat pengharapan pada setiap jiwa yang mungkin butuh penguatan. Dan tidak semua orang berani menyelamatkan pada saat saudaranya jauh dari jalan kebaikan.

Tersebabnya aku pun bersyukur karena masih menjadi saudaramu yang layak untuk dikuatkan dan diberikan harapan. Juga saudara yang layak untuk didoakan.

Dan doa serupa lagi terbaik untukmu, saudaraku.

#30DWCJilid9 #Squad6 #Day14 #Tulisan #SaudaraUntukdiDoakan

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Kamu Bahagia?

-Sister From Another Mom- Chapter III (Contemplation)

Siluet Pemberi Bahagia