Sebagai Saudara

Dia masih setia di tempatnya. Duduk menekuri lalu lalang orang di luar sana. Terhalang oleh dinding kaca yang membatasinya. Kopi hangat yang dipesan beberapa saat yang lewat, disesapnya lambat-lambat. Hangatnya meresap, tapi tidak menyentuh hatinya. Dingin.

Ya. Untuk beberapa hari ini, cuaca hatinya berubah menjadi dingin. Sedingin hujan deras yang baru saja usai. Meruapi dinding hatinya dengan kesedihan. Memanggil-manggil potongan episode kehidupan yang tidak ingin dikenang. Memenuhi jiwanya dengan rindu yang berkepanjangan.

Aku sengaja memilih jarak aman. Terhindarkan dari pandangan matanya yang selalu menahan beban kesedihan. Mengamati riak wajahnya yang tidak lagi tersimpan keceriaan. Khawatir bila tiba-tiba ada tatap mata bertemu, dia akan pergi menjauh. Membawa semua sesak jiwanya yang belum habis. Mengundang kembali gerimis tipis di hatinya yang terlampau sakit.

Selama ini terlalu banyak hal yang dilaluinya dengan tangisan. Apalagi ketika orang-orang terbaik di sekitarnya pamit dari kehidupan yang rumit ini secara tiba-tiba. Membawa potongan cerita yang seharusnya dirangkai bersama. Menenggelamkan kumpulan harapan yang sudah semestinya akan dibangun beberapa bulan kedepan. Menyisakan duka juga sembilu yang menyayatkan.

Aku mungkin tidak mengerti seberapa besar rasa sakit ditinggal pergi.  Tidak mengetahui seberapa dalam palung luka tersebab ditinggalkan.  Karena tangisan telah mewakili setiap rasa yang datang. Aku hanya mengambil peran sebagai seorang saudara. Melangitkan bait doa kepadaNya Sang Pengatur segala cerita. Memasrahkan padaNya untuk menjaga setiap jiwa yang terluka hatinya.

 Aku masih memandangnya dari jarak aman. Terpisahkan 4 meja dari samping kanan. Masih mencuri pandangan ke arahnya ketika tidak sadar. Sembari berdoa agar kesedihan di hatinya segera dilenyapkan. Meminta kepada Allah agar kembali mengisi hatinya dengan keikhlasan yang berpanjangan. Lalu menggantikan setiap kehilangan dengan sebaik-baik balasan.

#30DWCJilid9 #Squad6 #Day13 #Tulisan #SebagaiSaudara

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Kamu Bahagia?

-Sister From Another Mom- Chapter III (Contemplation)

Siluet Pemberi Bahagia