Pesan Singkat

 

Hari masih terlalu pagi. Belum ada sinar mentari. Kabut gelap masih melingkupi. Dan dinginnya embun pagi yang terus meruapi.
Masih dengan mukena yang belum dilepas, aku terduduk seketika. Tatkala pesan singkat darimu datang tiba-tiba. Menjelma sebagai berita di pagi buta. Mengabarkan bahwa esok kau akan pergi berkelana. Ke tempat yang aku tidak tahu di mana. Jauh. Bahkan tidak akan terlihat olehku.

Kubaca ulang pesan itu. Mungkin ada kalimat yang berceceran. Kalimat yang menandakan kalau yang akan pergi itu bukan kamu, yang berpamitan pagi ini bukan kamu, dan yang mengirim pesan singkat ini pun bukan kamu, mungkin orang lain.

Aku mencermatinya satu-satu. Berharap menemukannya segera. Berharap memang ada yang kumaksud itu. Nihil. itu memang darimu. Pesan itu, gaya tulisan itu. Khas darimu.

Aku menarik nafas sejenak. Berharap dapat mengusir gamangnya hati yang tiba-tiba menyerang. Mengajak pergi kekhawatiran yang alih-alih datang. Meyakinkan diri bahwa setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan.

Aku membaca lagi pesan singkat tadi. Kali ini dengan hati yang mulai tidak karu-karuan. Ada ketidakrelaan di dalamnya, ada kesedihan menyertainya, ada tangis yang perlahan menyesakinya. Ternyata perpisahan tidak semudah kata orang-orang.

Aku kembali membaca pesan singkat itu. Masih sama. tidak ada kata-kata yang tiba-tiba berubah. Tidak juga nama pengirim di bawahnya. Lidahku semakin kelu. Kepalaku mulai disesaki kenangan-kenangan tentang dirimu di masa lalu. Hatiku mulai bergerimis syahdu. Hingga tanpa sadar, tanganku menggeser ke bawah pesan singkat itu.

“Ini bukan perpisahan. Hanya pertambahan jarak yang mengharuskan. Ini bukan perpisahan, hanya sebuah momentum agar doa-doa kita lebih panjang. Ini bukan perpisahan, hanya kode dari Tuhan untuk kita semakin menguatkan ikatan. Karena bila nanti rindu itu datang mengurai, kamu tidak lagi kewalahan.”

Ah, ternyata kamu menutup pesan singkat tadi dengan bait perpisahan yang menenangkan. Tidak seperti permintaan maaf kebanyakan. Ini perpisahan yang menguatkan.

#30DWCJilid9 #Squad6 #Day8 #Tulisan #PesanSingkat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Kamu Bahagia?

-Sister From Another Mom- Chapter III (Contemplation)

Siluet Pemberi Bahagia