Mungkin itu Ci(n)ta #1

Adalah Arya, laki-laki yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan seantero sekolah. Kabarnya siswa pindahan dari ibu kota ini memiliki paras yang menawan. Layaknya personil boyband korea yang menjamur di mana-mana. Arya yang baru sebulan ini pindah ke sekolah barunya, tiba-tiba menjadi idola dari semua kalangan. Baik dari siswa perempuan, guru-guru perempuan, bahkan ibu kantin yang jualan gorengan. Tolong di catat ya, semuanya itu perempuan!
Dan termasuklah dari mereka yang mengagumi makhluk bernama Arya itu si Nadya. Perempuan yang dahulunya pendiam, alih-alih menjadi yang paling banyak bicara kalau sudah membahas tentang Arya.
“Iya, Zi. Cakep banget dia pas maen futsal di lapangan.” Nadya bercerita penuh semangat. Bola matanya berbinar-binar. Bayangan Arya bermain futsal seperti berkeliaran di kepalanya. “Harusnya kamu juga ada pas Arya main futsal kemarin, Zi.” Lanjut Nadya sambil menikmati teh es buatan ibu kantin.
“Istighfar Nad, Istighfar. Kamu kok sekarang banyak berubah ya. Nggak seperti Nadya yang aku kenal. Nadya yang tidak banyak omongnya. Apalagi kalau urusan yang nggak ada manfaatnya.” Zizi akhirnya mengatakan sejujurnya kepada Nadya.
Ya, sejak Arya datang ke sekolah mereka, Nadya banyak berubah. Padahal dahulu kalau Zizi mengajaknya untuk mengerjakan tugas rumah bersama-sama, Nadya akan langsung menyetujuinya. Kalau Zizi mengajaknya sholat dhuha di saat istirahat, dengan senang hati Nadya mengikutinya. Begitu juga dengan permisi untuk sholat dzuhur, Nadya lah yang akan paling cepat meminta izin. Dan bahkan Nadya paling semangat kalau ada taklim keputrian di sekolah setiap hari jumat.
Tapi semua berubah secara drastis, ketika makhluk bernama Arya datang. Nadya mulai malas untuk datang ke taklim pekanan. Kalau Zizi mengajaknya untuk mengerjakan tugas rumah bersama-sama, Nadya menolaknya dan memilih untuk menonton Arya yang sedang tanding futsal di lapangan sekolah. Begitu juga ketika di ajak untuk sholat dhuha di saat istirahat. Nadya lebih memilih untuk berlama-lama di kantin sambil menunggu Arya dan beberapa temannya yang akan datang ke kantin yang sama. Sholat dzuhur? Jangan di tanya. Nadya sudah siap-siap memicingkan matanya untuk melihat Arya dari balik kaca jendela kelas. Bukan kebetulan kalau kelas Arya berseberangan dengan kelas Nadya dan Zizi. Sehingga setiap mata pelajaran yang berlangsung di siang hari, lebih banyak di habiskan oleh Nadya untuk melihat kelas Arya.
Ah, Nadya mulai membuat setitik noda hitam di hatinya. Zizi menyimpulkan dengan sendirinya.
“Berubah bagaimana maksudmu, Zi?” Nadya bertanya seolah-olah tidak mengerti. Keningnya berkerut dan matanya menatap awas pintu masuk kantin.
“Yaa...”
“ssttt... Arya datang.. Arya datang!” Seru Nadya sambil meletakkan jari telunjuknya ke bibir. Memberikan kode agar Zizi tidak melanjutkan kalimatnya. Nadya segera melihat dengan bahagia laki-laki yang baru saja masuk ke dalam kantin. Zizi hanya beristighfar dari dalam hati. Baru saja dia ingin mengatakan penyebab dari perubahan sikap Nadya ini karena makhluk bernama Arya, ehh si doi malah datang.
Mau tidak mau Zizi ikut melihat ke arah laki-laki itu. tidak lama, lalu di alihkan kembali pandangannya kepada Nadya yang masih saja melihat Arya.
“Zii.. Zii.. Arya ke sini!!” seru Nadya tiba-tiba. Seketika Zizi terkejut. Dilihatnya Arya yang memang menuju ke arah meja mereka berdua. Nggak mungkin Arya mau duduk bersama mereka, Zizi membatin.
“Boleh duduk di sini?”
Alamak, suara itu baru saja mematahkan isi hati Zizi. Tapi tidak dengan Nadya. Lihatlah matanya yang berbinar ceria, mulutnya yang membulat seperti kue donat. Zizi yakin, pastilah di dalam hatinya sedang berbunga-bunga. Laki-laki yang akhir-akhir ini menjadi idolanya ada di depan mata.
“Boleh nggak?” suara Arya kembali terdengar. Zizi melirik Nadya yang masih shock dengan kehadiran Arya di depannya. Jujur saja, Zizi sangat berat hatinya untuk memberikan izin Arya duduk satu meja bersama mereka. Ini bukan masalah suka atau tidak suka. Tapi Zizi tidak ingin Nadya bertambah parah penyakit hatinya karena ada Arya di depan matanya. Zizi harus menyelamatkan Nadya.
#30DWCJilid9 #Squad6 #Day4 #Cerpen

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Kamu Bahagia?

-Sister From Another Mom- Chapter III (Contemplation)

Siluet Pemberi Bahagia