Serupa Bebijian


Aku tak berani menamakan diri layaknya pohon yang menjulang tinggi, bila ternyata akarku tidak begitu kuat untuk menahan diriku sendiri.

Aku tak berani menyerupai diri seperti pohon yang berdaun rindang, bila akhirnya daun-daunku terlalu cepat berguguran bila disapa angin pun hujan, hingga membuat serakan di jalanan.

Barangkali di dalam diriku ini baru terkumpul bebijian  yang tertanam dalam-dalam. Sedang belajar bertahan hidup di dalam kegelapan. Begitu takut untuk menampakkan diri di keramaian. Meski hujan kerap datang menggoda dan menawarkan sebuah kesempatan, muncullah ke permukaan.

Hingga hari ini pun masih serupa bebijian. Yang belum tahu sampai kapan akan bertahan di dalam kesendirian.

Namun,  bila nanti waktunya telah tiba bila hujan tak lagi datang menggoda, kupastikan akan menyeruak keluar dengan segera. Berusaha menemukan jalan untuk bertemu cahaya mentari di saat pagi maupun senja. Berusaha menjulurkan dahannya dan merimbunkan rantingnya dengan dedaunan yang indah. Berusaha menjadi peneduh bagi sesiapa yang singgah. Dan jika mungkin, akan kucoba untuk meruapi setiap hati yang gundah dengan wangi bunganya yang bersahaja. Serupa pohon kenanga, mungkin.

Tapi kenyataannya hari ini, aku masih serupa bebijian. Yang terkubur dalam-dalam. Namun begitu, untuk setiap pengharapan Kuharap ada yang mengaminkan.

Bengkalis, 29’11’2017
Mira Misissaifi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Kamu Bahagia?

-Sister From Another Mom- Chapter III (Contemplation)

Siluet Pemberi Bahagia