Laki-laki Tua

 

Sore ini mendung sedang membumbung. Angin yang begitu kuat terus menerus mengusik pepohonan yang rimbun. Menggoda daunnya agar luruh dengan segera. Menerbangkan ke segala arah setelahnya. Tersebabnya membuat serakan di tengah jalanan. Membuat repot orang-orang yang melewatinya dengan berjalan.

Suasana yang magis ini, mau tidak mau membuatku memikirkan laki-laki tua yang tanpa sengaja kujumpa beberapa hari lalu. Laki-laki yang selalu setia menunggu hujan tiba. Menunggunya dengan duduk sendirian di tepi jalanan. Memaku matanya  pada langit yang menggelap. Seakan ingin bertanya, apa hujan benar-benar  akan datang? Bila iya, dia akan berlama-lama berada di bawahnya.

Tidak mengapa jika pakaiannya menjadi basah. Bukan masalah bila dinginnya hujan menusuk tubuh ringkihnya yang tua dengan sangat tajam. Katanya, dia ingin meluruhkan setiap kesedihan ketika hujan tiba. Menumpahkan setiap deburan rasa karena ditinggalkan secara tiba-tiba. Lantas berharap dapat membenamkannya dalam-dalam ke dasar lautan. Tanpa perduli apakah kebahagiaan akan datang setelahnya.

Aku kembali mengenang wajah laki-laki tua itu. Sulit memang membayangkan betapa besar kesedihannya kala itu. Ditinggal pergi oleh orang yang sangat dicinta. Seseorang yang membuatnya telah berjanji setia untuk bersama-sama sampai hari tua. Seseorang yang belum sempat dia bahagiakan untuk waktu yang lama. Tersebab telah meninggalkan kehidupan dunia lebih awal dari dirinya. Karena kecelakaan lalu lintas di jalan raya.  

Sejenak aku menjadi merenung. Apa aku akan melakukan hal yang sama ketika orang yang aku cinta pergi dengan tiba-tiba? Apa aku juga akan bersedih untuk waktu yang lama lalu menunggu hujan datang dan membawa pergi semua rasa?

Dan seketika tanpa dipinta, bayangan wajah tua ibu dan ayah bermain-main di pelupuk mata. Untuk sementara merekalah orang yang aku cinta. Tidak tahu rasanya bila keduanya pergi dengan tiba-tiba. Meninggalkanku tanpa ada kata-kata perpisahan apalagi pelukan hangat seperti biasa.

Padahal aku sadar bahwa mereka termasuk dari sekian banyak titipan Tuhan yang harus dijaga dan dibahagiakan. Padahal aku tahu bahwa keduanya titipan dari Tuhan yang akan diambil sewaktu-waktu tanpa harus meminta izin dariku terlebih dahulu. Ah, Membayangkannya saja hatiku sudah basah.

Terlonjak dari ingatanku tentang laki-laki tua juga ibu dan ayah di rumah, hujan pun benar-benar tiba. Satu persatu datang dengan sendirinya. Lantas, apakah laki-laki tua itu masih di tempatnya? Menikmati hujan dengan segala kesedihannya?

Bila iya, kuharap dia menjadi bahagia setelahnya. Karena hujan telah membawa pergi semua kesedihannya.

#30DWCJilid9 #Squad6 #Day18

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Kamu Bahagia?

-Sister From Another Mom- Chapter III (Contemplation)

Siluet Pemberi Bahagia