Mungkin itu Ci(n)ta #2

“Oh, Silahkan. Kita juga sudah selesai kok.” Zizi akhirnya membuka suara sambil melirik ke arah Nadya. Yang di lirik hanya membalas dengan tatapan heran.
“Kan kita juga belum lama, Zi.” Protes Nadya singkat. “Minumanmu juga belum berkurang” lanjutnya lagi.
Ahh.. Zizi ketahuan bohong. Niat hatinya ingin cepat-cepat menyingkir dari depan Arya jadi gagal. Di lihatnya Arya yang ternyata kebingungan dengan tingkah Zizi barusan.
“Nggak apa-apa. Duduk aja.” Alih-alih Nadya meminta Arya untuk duduk di depannya. “Zizi memang seperti ini orangnya.” Timpal Nadya tanpa wajah berdosa. Arya mengangguk ringan dan segera duduk.
Zizi yang mengerti maksud Nadya bertambah berang hatinya. Giginya di rapatkan, rahangnya pasti terlihat mengeras dari balik jilbab putih seragam sekolahnya. Tidak menunggu waktu lama, segera dia berdiri dari kursinya. Dengan sedikit gerakan kasar, dia menarik kursinya ke belakang.
“Maaf Nad, aku duluan ya.” Akhirnya Zizi memilih untuk pergi. Tidak ingin berlama-lama di sana. di tinggalkannya Nadya yang berdua dengan Arya. Hatinya kesal karena tidak bisa membawa Nadya sekali untuk pergi dari kantin itu. tujuannya sekarang adalah musholla. Ya, dia ingin sholat Dhuha dan berdoa pada Allah agar membuka hati Nadya untuk kembali seperti sebelumnya.
----
“Zi.. Kamu tadi kemana sih?” Suara Nadya tiba-tiba datang dari balik rak buku perpustakaan. Kali ini mereka mendapatkan tugas dari guru bahasa indonesia untuk meresume buku yang ada di perpustakaan.
“Mendoakan kamu, Nad.” Terang Zizi tanpa basa-basi. Lalu menarik asal salah satu buku dari raknya. Membawanya ke bangku perpustakaan yang biasa di gunakan untuk membaca. Nadya mengekornya dari belakang.
“Seriusss??” Nadya bertanya dengan muka terkejut. Ah, lebih tepatnya berseri-seri. Seperti tadi di saat bertemu Arya.
“Iya.” Jawab Zizi pendek.
“Makasih Zizi sholehaa...” Seru Nadya sambil memeluk Zizi dari samping. Beberapa teman yang ada di perpustakaan tertawa melihat tingkah Nadya yang aneh itu.
“Arya itu ramah banget lho, Zi.”
Glek.. Nadya mulai lagi dengan aksinya.
“Tahu nggak, tadi itu itu dia cerita banyak sekali tentang sekolah lamanya, soal keluarganya, dan kehidupan pribadinya. Dan ternyata dia pindah ke sini karena bapaknya itu pindah tugas. Padahal bapaknya itu ngijinin dia untuk tetep sekolah di sana. Tapi dianya nggak mau.” Nadya bercerita seperti pembawa berita di televisi.
“Keluarganya itu ternyata orang terpelajar semua lho, Zi. Abangnya kalau nggak salah dosen, terus kakak perempuannya itu dokter di rumah sakit. Nah dia itu anak bungsu, Zi.” Lanjut Nadya dengan bersemangat. Zizi tidak menanggapinya. Di hanya membolak-balikkan halaman demi halaman buku yang tadi di ambilnya.
“Daan.. yang satu ini kamu harus tahu, Zi. Ternyata Arya itu jomblo, lho.” Mendengar kalimat terakhir itu, Zizi hampir terlonjak dari tempat duduknya. Gaya Nadya bercerita seolah-olah ada makna tersirat di dalamnya. Kalau tadi, di saat Nadya bercerita tentang sekolah dan keluarga Arya, Zizi masih bisa terima. Tapi inii....
“Apa maksud mu dengan kata jomblo tadi, Nad?” Zizi tanpa tedeng aling-aling langsung bertanya.
“heheheh...” Nadya hanya meringis tak jelas. Zizi bisa menangkap maksud Nadya.
“Nggak, kamu nggak boleh pacaran sama dia.” Tegas Zizi akhirnya sambil menatap Nadya lekat-lekat. Buku tadi sudah lama di tutupnya.
“Lah kenapa, Zi? Anaknya baik, ramah juga. Kan nggak masalah dong kalau aku deket sama dia.” Nadya membela diri.
“Nad, semua orang kalau ketemunya di awal-awal pasti baik, pasti ramah. Dahulu waktu kita pertama kenalan, juga baik dan ramah kan? Begitu juga dengan Arya. Bisa saja dia ramah dengan semua orang. Baik sama semua orang. Kamu jangan GR duluan deh, Nad. Nggak baik. Lama-lama bisa rusak hatimu, Nad.”
“Iya, aku tahu, Zi. Itu juga yang sering kamu bilang ke aku.” Balas Nadya.
Zizi bahagia mendengar Nadya mengerti dengan maksud kalimatnya barusan. Syukurlah, Nadya masih ingat. Batinnya dari dalam hati.
“Tapi, Zi... ini Arya lho. Cowo ganteng yang di gandrungi sama semua perempuan di sekolah kita. Tidak terkecuali ibu kantiin!!” Seru Nadya dengan suara tercekik. Sontak beberapa murid yang ada di perpustakaan melihat ke arah Nadya dan Zizi.
Zizi termangu dengan seruan Nadya barusan. Kebahagian hatinya tadi dalam sekejap sirna sudah. Ternyata dampak Arya masih membekas.
“Tadi kita saling tukeran nomor hp lho. Dia juga follow instagramku, Zi. Eeh iyaa, di juga invite pin bbm dan add pertemanan di facebook.. dia juga..” Nadya masih melanjutkan cerita tentang dia dan Arya ketika di kantin tadi.
Zizi sedikitpun tidak menanggapi. Dia hanya pura-pura membaca buku yang tadi diambilnya. Tatapan matanya tidak disana. Hatinya entah kemana-mana. Dan bayangan Arya tiba-tiba berkelebat di depan mata.
#30DWCJilid9 #Squad6 #Day5 #Cerpen

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Kamu Bahagia?

-Sister From Another Mom- Chapter III (Contemplation)

Siluet Pemberi Bahagia