Tempat Belajar Sabar



Kadang kala aku berfikir bahwa hadirnya orang-orang di sekeliling hidupku ini tidak hanya menambah deret nama pertemanan, tapi menjadi salah satu Tempat Belajar Sabar. Iya, sabar. Dan dari sekian banyak orang yang setiap harinya dijumpai, baik di dunia nyata maupun dunia maya, kadang kala secara tidak langsung menjadi guru-guru terbaik untuk belajar sabar.

Seperti kemarin sore, ada sekitar 3 orang mahasiswa baru di tempatku bekerja menungguku dengan sabar untuk mengikuti kajian mentoring pekanan. Begitu pula dengan aku sendiri yang harus bersabar dengan pekerjaan yang tidak kunjung usai, sementara mereka sedang menunggu di mushola. Dan beruntung, berkat kesabaran mereka membuat kami bisa bertemu. Andai saja mereka memutuskan untuk pulang dan tidak sabar dalam menungguku datang, mungkin aku tidak akan bertemu mereka. Dan mungkin tidak akan ada diskusi-diskusi ringan yang kami lakukan. Karena di antara kami belum ada yang bisa bersabar.

Begitu juga sepulangnya dari tempatku bekerja. Kembali aku harus belajar sabar dalam menghadapi teman-teman baru yang aku kenal lewat salah satu komunitas online. Bersabar dengan segala tingkah dan sikap mereka yang hanya membaca pesan-pesan singkat yang kukirim di dalam grup whatsapp. Hanya satu dua yang merespon. Sisanya menjadi Sider (Silent Reader) bahkan ujung-ujungnya memaksa aku untuk menyapa mereka lewat jalur pribadi. 

Apa aku bosan? Tidak. Kesal? Ya, sedikit. Tapi itu sama sekali tidak membuatku untuk berhenti mengingatkan mereka. Justru aku menganggapnya sebagai salah satu dari sekian banyak cara Allah untuk menempaku  menjadi orang yang sabar. 

Dan tidak selesai di situ. Di antara mereka bahkan ada yang tiba-tiba ingin mengundurkan diri dari komunitas ini. Spontan aku terkejut dan segera menanyakan apa alasannya. 

Lalu dia menceritakan lewat personal chat di whatsapp. Katanya dokter kandungan baru saja mengabarkan kalau dirinya mengalami keguguran. Innalillah, aku turut berduka. Aku yakin siapa pun orangnya pastilah akan bersedih bila mendengarkan kabar seperti ini. terlebih lagi bagi dia yang merasakannya langsung.

Aku mungkin tidak bisa berbuat banyak. Hanya bisa mengatakan kepadanya untuk bersabar dengan keadaannya. Allah pasti memiliki rencana yang jauh lebih baik untuk dirinya. Dan ujian ini kiranya menjadi salah satu momentum untuk melihat seberapa besar stok kesabaran yang disediakan oleh dirinya pada saat melewatinya.

Ya, kemarin mereka adalah deretan orang yang menjadi tempat belajar sabar.  Karenanya aku pun memaknai bahwa sabar tidak hanya sekadar materi yang sering disampaikan di kajian-kajian, tapi aksi yang harus siap setiap saat. Tidak peduli seperti apa kondisi kita saat itu, sabar harus dan terus selalu ada. 

Tidaklah Allah membebani seseorang itu melainkan atas kesanggupannya, kan? Nah intinya setiap hal apapun itu yang hari ini maupun kedepannya datang kepada kita, sejatinya ingin melihat seberapa siap kita menerimanya dan seberapa sabar kita melewatinya.

#30DWCJilid9 #Squad6 #Day2 #TempatBelajarSabar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Kamu Bahagia?

-Sister From Another Mom- Chapter III (Contemplation)

Siluet Pemberi Bahagia