Mengemas Lelah

“Bagaimana mengemas lelah?”

Begitu tanyamu ketika senja telah menggulung tirainya dengan sempurna. Tergantikan dengan tabir malam yang berwarna hitam pekat. Menampakkan kerlap-kerlip bintang dari kejauhan. Saat itu kita baru saja menyelesaikan sholat maghrib bersama-sama. Di sebuah masjid raya di tengah kota. Dan setelahnya memilih untuk duduk sebentar di terasnya. Bercakap-cakap ringan sebelum memutuskan untuk pulang.

“Bagaimana mengemas Lelah?”

Tanyamu lagi seperti ingin diperduli. Memintaku untuk benar-benar melihatmu dengan jeli. Menelisik setiap senti kelelahan yang telah menghabiskan waktumu hari ini.  Merenggut wajah ceriamu, juga membuat jilbab putihmu terlihat mulai lusuh, tidak rapi.

“Kamu lelah?”

Bukan menjawab, aku malah bertanya seakan ingin meyakinkan. Apa lelahnya sekadar pelampiasan, atau sememangnya harus segera dihilangkan dengan kalimat penghiburan. Karena aku tahu, selama ini kamu begitu bijak menyimpan semua rasa. Menjaganya agar tidak terlihat oleh semua mata. Menitipnya lewat larik doa kepadaNya.

“Ya.” Jawabmu lirih, nyaris tidak terdengar. Wajahmu tertunduk melihat ke hujung sepatu. Aku yang duduk di sampingmu juga mengikuti arah pandang itu. Kiranya, lelah itu berasal dari sana. sepasang kaki yang sejenak merasa lelah ketika di hadapkan dengan jalanan yang terjal lagi panjang. Jalan kehidupan yang seringkali menyulitkan dan butuh kesabaran untuk sampai pada tujuan.

Kubisikkan padamu bagaimana cara mengemas lelah;

“Sesekali berilah jeda dalam hidupmu. Berhentilah sebentar dari setiap kepenatan. Tengoklah ke kiri-kanan sesuatu yang bisa mengingatkan akan kesyukuran.

Berilah jeda dalam hidupmu. Sebentar saja. Agar kamu sadar, begitu luas semestaNya dibanding jerit lelahmu yang tidak akan usai.

Berilah jeda dalam hidupmu. Tidak mengapa meski hanya sebentar. Agar lelah itu mengurai, dan berubah menjadi energi besar.

Lalu kembalilah dengan senyum kedewasaan. Bahwa hidup harus tetap diperjuangkan. Bahwa jalan kehidupan harus kamu taklukkan. Bahwa lelah hanyalah sekian dari rasa yang wajib kamu selesaikan.”

 

Lalu hening terjadi di antara kita untuk beberapa jenak. Raut lelah itu perlahan terurai. Tergantikan dengan senyuman penuh kehangatan. Mungkin lelah itu ingin berpamitan.

 

#30DWCJilid9 #Squad6 #Day15 #Tulisan #MengemasLelah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Kamu Bahagia?

-Sister From Another Mom- Chapter III (Contemplation)

Siluet Pemberi Bahagia