-Sister From Another Mom- Chapter III (Contemplation)
Malam sudah
menunjukkan pukul 22.35 menit waktu setempat. Udara dingin mulai menyapa setiap
sudut ruangan. Seperti ingin mengabarkan bahwa malam sebentar lagi akan larut.
Sudah hampir 1
jam Salma duduk sendirian di ruangan tamu. Beriringan dengan Ranti yang masuk
ke dalam kamar untuk istirahat. Memberikan jatah istirahat anggota tubuhnya
yang sejak tadi pagi tidak henti-hentinya diajak untuk menyelesaikan tugas.
Salma belum
terfikir untuk menyusul Ranti. Matanya belum mau untuk di ajak tidur. Fikirannya sedang berkeliaran entah kemana.
Perbincangan 1 jam yang lewat antara dirinya dan Ranti lah yang menjadi
penyebabnya.
___
Tadi sore
sepulang dari kampus, Salma tidak sabar ingin menanyakan langsung kepada Ranti
perihal kebingungan yang sedang dirasakan. Terasa lama bila harus menunggu
nanti malam. Tapi melihat guratan lelah di wajah Ranti, Salma mengurungkan
niatnya. Mungkin sebaiknya nanti malam setelah sholat isya.
Dan setelah
sholat isya, Salma benar-benar menunggu Ranti di ruang tamu. Dia sudah
menyiapkan dua gelas cokelat hangat untuk menemani keduanya malam ini. Awalnya
Ranti sedikit heran dengan sikap Salma. Tapi dia tidak terlalu memikirkannya.
Mungkin Salma sedang ingin mengajak berdiskusi ringan, batinnya dari dalam
hati.
“Tumben ada
cokelat hangat” Goda Ranti pada saat keluar dari kamar. Malam ini kos sedang
sepi. Nurma sejak sore tadi pulang ke rumah orang tua nya. Sedangkan Widya
sebakda maghrib tadi pergi menemankan temannya yang sendirian di rumah karena
orang tua nya berangkat ke luar kota.Dan Lastri sendiri yang belum pulang.
Biasanya Lastri kembali dari kerja sekitar pukul 8 lewat.
“Iya, Kak. Ada
yang ingin Salma tanyakan ke kakak” ujar Salma sambil meletakkan gelas nya di
atas meja. Dan cerita pun mulai mengalir dari bibir Salma. Ranti menyimaknya
dengan hikmat. Sesekali dia mengernyit tanda heran. Tapi segera dia tersenyum
pada saat mendengar kelanjutannya.
Dari sepanjang
cerita yang di sampaikan oleh Salma, tahulah Ranti penyebabnya. Tapi dia tidak
ingin memotongnya. Dia masih mendengarkan penuh seksama. Pada saat Salma telah
selesai dengan ceritanya, Ranti pun mulai menanggapi.
“Ma, yang kamu sampaikan
tadi memang tidak semuanya benar dan tidak semuanya salah” Ranti membuka suara.
Sepanjang cerita Salma tadi, Ranti dapat mengambil kesimpulan bahwa Salma belum
ingin berhijab bukan karena hidayah itu belum hadir, tapi tumpukan alasan yang
selalu memaklumi kondisi hatinya. Sehingga dia menunda untuk segera berhijab.
“Kamu tahu, pada
saat Allah mengilhamkan untuk kita berubah menuju kebaikan, itulah hidayah.
Tapi sering kali hati kita mengingkarinya. Berdalih dengan segala bentuk
alasan, sehingga hidayah itu sulit untuk kita genggam.” Ranti mencoba
menjelaskan.
“Tidak sedikit
yang berdalih akan berhijab setelah menikah, katanya ingin taat sama suaminya.
Lah terus bagaimana dengan ayahnya yang selama ini sudah menfkahi dirinya, banting
tulang, mencari uang kesana- kemari untuk menghidupinya. Sedang dia sibuk
mengumbar auratnya kesana kemari juga. Pernahkan terlintas sedikit dibenaknya
tentang hal itu ?”Lanjut Ranti. Sejenak suasana mendadak hening. Salma seperti
sedang mencerna setiap kalimat yang keluar dari bibir Ranti.
“Ada pula yang
berhijab pada saat hatinya sudah siap. Kalau seperti ini, harusnya waspada dong. Jangan-jangan ajalnya lebih dahulu
datang ketimbang kesiapannya untuk berhijab” Ranti menarik nafas dan
mengehmbuskannya perlahan.
“Ma, di dunia ini
tidak ada yang instan. Semuanya butuh proses. Tapi, proses tidak akan pernah
ada kalau tidak pernah memulainya. Makhluk yang ada di depan kamu ini tidak
seperti ini dahulunya. Tapi proses yang panjang dan keyakinan yang kuatlah
menjadikan kakak seperti ini. Kamu harus yakinkan diri kamu. Karena kakak
yakin, kamu sudah tahu jawaban atas kebingungan hatimu saat ini. Gadis cerdas
seperti kamu nggak mungkin kan
terlalu lama larut dalam kebingungan yang kamu sendiri tahu jawabannya ?”. Ujar
Ranti panjang, lalu menghabiskan minuman cokelat miliknya yang tidak lagi hangat.
“mintalah petuah
pada hati kecilmu, karena ia tidak pernah salah. Dan jangan lupa untuk terus
memohon yang terbaik pada Allah”. Ranti mengusap pundak Salma dan
meninggalkannya sendirian. Ranti tahu, saat ini Salma butuh waktu sendirian.
Dia pun memutuskan untuk masuk ke dalam kamar dan mengistirahatkan seluruh
anggota tubuhnya yang mulai kelelahan.
____
Salma mulai
menemukan titik terang dari kebingungannya. Perenungan panjang selama diskusi
tadi di tambah pula dengan waktu lebih kurang satu jam sendirian, membuat dia
hampir sampai pada jawaban yang dimaksud oleh Ranti. Tapi dia tidak ingin
terlalu cepat memutuskannya. Masih butuh waktu yang lebih lama untuk
menyelesaikannya. Begitulah yang terfikirkan oleh Salma.
Komentar
Posting Komentar