Belum Bijaksana
Untuk kali ini lidahku kelu, gerakku wagu. Barangkali kiriman surat dari seseorang yang mengaku dirinya Raja menjadi salah satu indikasi penyebabnya.
Cukup lama aku mereka-reka kata untuk membalas isinya. Menyusunnya menjadi sedemikian rupa. Untuk itu kupilih Angsana dan Bidara menjadi tempat melepas rasa.
Namun sayang, aku justru jatuh kebingungan. Isinya tiba-tiba menggantung di langit-langit perasaan. Apa jangan-jangan aku harus memulai khayalan layaknya Ratu di sebuah Negara, lalu dengan segera membalasnya? Menyepakati tentang semua isinya?
Ah, yang benar saja!
Sekalipun terdengar pelik. Aku tidak mencoba untuk menampik.
Sekalipun terdengar pelik. Aku tidak mencoba untuk menampik.
Mungkin akan lebih baik kubiarkan saja. Melangut bersama datangnya pawana. Sampai tiba waktunya, akan kumasukkan ia ke dalam senarai yang harus ditebus dengan segera. Agar impas di akhir cerita. Ah, maaf bila belum bijaksana.
Komentar
Posting Komentar