Kecewa

“Aku kecewa!” serumu dengan suara yang tercekat. Saat itu malam mulai menggelap. Kita duduk berdua di sebuah ruangan yang sudah tidak ada sesiapa. Hanya aku dan kamu. Aku mengernyit tanda tidak mengerti. Kecewa karena apa, atau dengan siapa.

Wajahmu memerah. Kilatan kekecewaan tampak jelas dari bola matamu yang hitam menggelap. Menatap lurus ke depan, entah pada apa kau jatuhkan pandangan. Tapi dari jarak sedekat ini, aku belajar membaca kekecewaan yang sedang kau hadapi. Belajar menata kalimat penghiburan yang mungkin bisa mengobati.

Kufikir kamu terlalu berlebihan di setiap pertemuan. Dia yang katamu baik, yang katamu mampu bekerja sama dengan apik, pada akhirnya menipumu dengan baik juga. Tanpa kamu tahu alasannya. Sehingga membuatmu mengeluarkan deraian air mata yang selama ini sudah kamu jaga.

Kufikir selama ini harapanmu pun setinggi langit. Meletakkannya di atas sana tanpa perduli bahwa di sana tidak ada pegangan. Yang sewaktu-waktu membuat harapanmu jatuh berdebam, memenuhi hatimu dengan semua rasa, yang pada akhirnya kau sebut dengan kecewa.

Maka, berhentilah untuk berharap dari hati yang sewaktu-waktu membuatmu luka pun  kecewa. Bersikaplah dengan sederhana. Tanpa harus meletak harap setinggi-tingginya. Karena aku takut, kamu akan kecewa.

Hei, bangkitlah segera. Kecewa yang terlalu lama tidak akan mengembalikan semua. Kamu harus tahu bagaimana melewatinya. Tidak dan jangan terlalu lama berdiam diri atas nama kecewa. Bangkitlah segera. Merutuki setiap jengkal kecewa tidak akan membuatmu menjadi bahagia. Justru yang ada hanya tumpukan luka.

#30DWCJilid9 #Squad6 #Day23 #Tulisan #Kecewa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Kamu Bahagia?

-Sister From Another Mom- Chapter III (Contemplation)

Siluet Pemberi Bahagia