Biasa Saja

Akhir-akhir ini, tanpa sengaja kita saling berpapasan di jalanan. Saling melempar senyum, tanda mengenal. Sesekali saling berbicara ringan bila ada kesempatan. Atau bila tidak, hanya menyapa dan sekadar bertanya “Apa kabar?”

Aku yang awalnya biasa-biasa saja dengan setiap keadaan, tiba-tiba merasakan kenyamanan dari setiap pertemuan. Meskipun sebentar, tidak mengapa. Asalkan ada kabar. Meskipun hanya sapaan, tidak apa-apa. Aku sudah merasa senang. Paling tidak aku menjadi tahu, bahwa kamu baik-baik saja.
Aku sangat menikmati perubahan ini. Karena ada seseorang yang akan bertanya perihalku di pagi hari. Melemparkan senyum jenaka yang lucu sekali. Walaupun hanya sesekali, aku sangat menghargai. Karena di luar sana tidak semua orang ingin tahu tentang kabarku sehari-hari. Tidak ingin berbagi keceriaan yang bisa mengobati luka hati. 

Tapi, bila suatu hari nanti ada kesempatan, rasanya ingin sekali bertanya. Apa kau juga merasakan hal yang sama? Pertemuan tanpa sengaja akhir-akhir ini, apa bagimu ada maknanya? Atau jangan-jangan hanya biasa saja. Tidak ada makna, apalagi rasa? Jangan-jangan  hanya aku saja yang bersikap berlebihan. Memasukkannya dalam zona kenyamanan.

Hingga pada akhirnya ketika tanyaku belum terjawab dengan semestinya, aku harus belajar mengelola setiap deburan rasa pada saat berjumpa. Benar-benar menjaganya, agar tidak menimbulkan murka-Nya. Bersikap sewajarnya, tanpa harus merasa istimewa. Karena tidak semua jumpa melahirkan rasa yang sama. Tidak semua tingkah berujung pengharapan yang sama. Bisa saja hanya sikap wajar dalam setiap pertemuan.

Dan kufikir, aku harus kembali bersikap biasa saja.

#30DWCJilid9 #Squad6 #Tulisan #Day29 #BiasaSaja

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Kamu Bahagia?

-Sister From Another Mom- Chapter III (Contemplation)

Siluet Pemberi Bahagia