-Sister From Another Mom- Chapter VIII (Decision)



Jalanan sore ini sangat ramai. Kendaraan terlihat memenuhi badan jalan. Meskipun hari ini merupakan hari libur, beberapa dipenuhi oleh mereka yang baru saja pulang dari kantor tempat bekerja. Terlihat dari seragam yang di kenakannya.

Semilir angin sore menerpa wajah Salma. Rambutnya yang dibiarkan tergerai menjadi sedikit berantakan karena sapuan angin yang datang. Matanya memandang lurus jalanan. Tapi fikirannya sedang berkecamuk tak karuan. Ada sesuatu yang ingin dia utarakan, tapi terasa berat untuk di sampaikan.

Sekarang Salma sedang dalam perjalanan pulang ke rumah. Setelah lima belas menit yang lewat meninggalkan rumah sakit, Salma memilih diam. Ibunya sedang asyik mengobrol dengan Ranti. Sedangkan Anto yang fokus menyetir mobil, sesekali menanggapi perbincangan antara ibunya dan Ranti. Bapaknya pula sudah pergi ke alam mimpi, mungkin karena kelelahan beberapa hari ini harus berjaga di rumah sakit.

“sepertinya ibu pengen jalan kerumahmu, Ran” seru ibunya Salma antusias. Karena tadi mereka sedang membicarakan tentang keluarga dan tempat tinggal Ranti di kampung. “mungkin libur kuliah besok ya” lanjutnya pula.

“wah, dengan senang hati,bu” Ranti tak kalah senangnya menyambut niat baik ibunya Salma ini. Karena dia juga sudah menganggap wanita ini sebagai ibunya sendiri. “nanti Ranti ajak ibu keliling pantai yang ada di kampung” tambah Ranti dengan wajah bahagia. Dia sudah membayangkan bagaimana indahnya kampung tempat tinggalnya. Rupat Utara. Terkenal dengan keindahan pantai pasir putihnya yang belum tertandingi oleh pantai-pantai lain yang ada di Bengkalis.

“Ma, kamu besok kalau liburan ikutan juga ya ke kampungnya Ranti. Rame-rame kita liburan kesana” ajak Ibunya sambil memandang Salma yang sejak tadi diam tanpa suara.

Salma tidak bereaksi. Pandangannya masih menatap jalanan yang ramai. Tidak jauh lagi ada simpang empat lampu merah. Sepertinya mobil mereka akan berhenti sebentar.

“Salma, kamu kenapa nak? Apa kepalamu sakit?” tanya Ibunya penuh khawatir.

Salma yang mendengar namanya di panggil, akhirnya menoleh ke arah ibunya. Wajahnya terlihat sedikit kusut. Matanya menyiratkan sebuah kebingungan.

“Bu, Salma ingin berhijab” ujar Salma pendek.

Kalimat Salma membuat ibunya, Ranti dan Anto serentak melihat kearah dirinya. Bertepatan pula dengan berhentinya mobil di lampu merah. Ibunya yang masih terkejut, mencoba menutupi keterkejutannya itu.

Perenungan sepanjang perjalanan tadi telah membuat satu keputusan di dalam hati Salma. Ya, dia akan berhijab. Dia tidak ingin auratnya di lihat semua orang. Dia ingin bekajar taat dengan mulai menutup aurat. Dia malu bila membayangkan gadis kecil Salma saja sudah berani memutuskan untuk berhijab. Sedangkan dia masih saja belum berani untuk sebuah keputusan baik ini. Dia juga khawatir bila suatu saat Allah menambil nyawanya di saat tidak menutup aurat. Kejadian yang menimpa dirinya menjadi sebuah alaram yang sangat berharga. Bahwa berhijab adalah keputusan mutlak bagi seorang wanita, sebagai bentuk ketaatannya kepada yang Kuasa.

“Salma tidak ingin aurat Salma di lihat oleh banyak orang. Salma ingin belajar taat dengan mulai menutup Aurat. Dan Salma tidak ingin disaat Allah mengambil Salma dalam keadaan masih saja mengumbar aurat” terang Salma dengan nada terisak. Dia menyadari kesalahannya selama ini yang memperlambat untuk berhijab. Dengan segala alasan yang pada akhirnya sangat tidak masuk akal.

Ranti yang menyaksikan keputusan Salma tidak tahan untuk segera  merengkuhnya. Memberikan semangat dan dukungan atas keputusannya itu.

“Allhamdulillah. Inilah keputusan terbaik dari Allah untuk mu. Akhirnya hidayah itu dapat kau temu. Semoga Allah istiqomahkan setiap niat baik dirimu untuk menuju sebuah perubahan kebaikan di masa depan” ucap Ranti lirih di telinga Salma.

Ibunya dan Anto yang melihat kejadian ini hanya tersenyum. Ada bulir air mata yang siap jatuh di mata ibunya. Segera di hapus dengan pelan. Jalanan mulai terlihat ramai. Mobil meluncur cepat menuju rumah. Karena sebentar lagi azan maghrib akan berkumandang. 

#pejuang30DWC #DWCJilid8 #Squad9 #Day17 #SFAM #Decision

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Kamu Bahagia?

-Sister From Another Mom- Chapter III (Contemplation)

Siluet Pemberi Bahagia