-Sister From Another Mom- Chapter II (Hijab)



Pagi kembali datang. Matahari mulai menampakkan sinarnya. Menimpa daun- daun hijau segar di perkarangan rumah. Udara dingin setelah hujan sore kemarin terkalahkan dengan kehangatan matahari pagi. Kicauan burung yang terdengar dari balik pohon seakan menambah keceriaan pagi ini.
Ranti sedang bersiap- siap untuk pergi ke kampus. Begitu juga dengan Salma. Hari ini rencananya mereka akan berangkat bersama. Ranti masih ingin menyelesaikan proposal penelitiannya. Sedang Salma ingin bertemu dengan beberapa teman sekelasnya. Hari ini keduanya sedang tidak ada mata kuliah yang harus di ikuti.
“Ma, kamu siang ini pulang nggak ?” Tanya Ranti sambil memasang jilbab. Dia melirik Salma yang sedang memasukkan beberapa buku ke dalam tas sandangnya.
“Belum tahu, Kak. Kalau kakak bagaimana” Salma balik bertanya. Buku- buku miliknya sudah masuk ke dalam tas. Sekarang dia sedang mengisi botol air miliknya. Sudah menjadi kebiasaan Salma untuk membawa air sendiri ke kampus. Untuk menghemat, katanya begitu.
“Tergantung. Kalau nanti selesainya cepat, kakak langsung pulang. Kalau belum, ya terpaksa sore baru pulang.” Terang Ranti. Dia sendiri belum yakin apakah hari ini tugasnya akan segera selesai.

“Oke. Kalau begitu, nanti kakak kabari Salma saja, ya.”               
---
Kampus pagi ini tidak terlalu ramai. Mungkin hanya beberapa kelas yang sedang mengadakan perkuliahan. Sesampainya di kampus, Ranti langsung menuju ke perpustakaan. Sedangkan Salma memilih untuk menunggu teman- temannya di kantin. Hampir setengah jam Salma menunggu teman- temannya, tapi satu pun belum ada yang muncul. Jika lima menit lagi tidak ada yang datang, dia memutuskan untuk mengikuti Ranti ke perpustakaan.

“Woy, ngapaian bengong sendirian” Sebuah suara cempreng milik Widuri terdengar dari belakang Salma. Widuri memang terkenal dengan kehebohannya. Diantara teman- teman Salma yang lain, Widuri paling asik bila di ajak nongkrong bareng.

“Kamu ya Wid, memang nggak ada manis- manisnya jadi perempuan” Sungut Salma sambil merapikan rambutnya. Ya, Salma memang tidak berjilbab. Lebih tepatnya belum. Dia hanya belum terfikir untuk menggunakan kain lebar yang dinamakan hijab itu. Padahal diantara teman- teman kampusnya, hijab syar’i sedang ngetrend. Tapi bukan untuk Salma.

“Gula kali kalau manis, Ma” balas Widuri tidak mau kalah. “Sama siapa?” Widuri bertanya sambil melihat sekeliling kantin. Tidak ada tanda- tanda pengunjung lain selain mereka berdua.

“Kak Ranti. Dia sedang menyelesaikan tugasnya di perpustakaan”. Widuri hanya ber-oo ria. Terlihat dari mulut dan anggukan kepalanya.

“Kamu nggak ikutan Kak Ranti ? Yaah mana tau ada temannya kak Ranti yang tertarik sama kamu” Widuri mulai dengan keisengannya. Tapi Salma yang sudah paham dengan karakter Widuri, tidak terlalu ambil pusing.

“Nggak lah. Nanti kalau betulan ada yang tertarik, bakal repot ceritanya” ujar Salma enteng. “Yang lain mana ya ?”

“Biasalah, jam segini kan masih ada yang bertugas jadi pembantu” ujar Widuri tanpa beban. Widuri benar. Diantara teman Salma, hanya dia sendiri yang tinggal di kos. Sisanya tinggal dengan orang tua mereka masing- masing. Jadi wajar kalau mereka sedang tidak ada jam kuliah, pasti harus beres- beres di rumah.

“Ma, Kak Ranti itu sejak kapan sih pake jilbab ? besar pula.” Tiba- tiba Widuri bertanya sesuatu yang tidak pernah terbayangkan oleh Salma. Karena Salma sendiri tidak pernah menanyakan hal itu kepada Ranti.

“Kenapa memangnya ?” bukannya menjawab, Salma malah balik bertanya. Karena dia sendiri bingung mau menjawabnya.

“Ya asik aja lihatnya. Adem, Ayem, Tentrem. Kamu kapan mau pake hijabnya ?” pertanyaan Widuri kali ini membuat hati Salma sedikit tersentak. Orang tuanya saja tidak pernah mempertanyakan hal itu. Begitu juga dengan Ranti. Walaupun tinggal di dalam satu kamar yang sama Ranti tidak pernah sekalipun menanyakan hal itu.

Untuk sekedar informasi, Widuri memang memiliki karakter paling heboh, tapi dia sudah memutuskan untuk mengenakan hijab sejak SMP. Mendiang Ayahnya yang berpesan agar dia menutup auratnya. Kata ayahnya, berhijab itu tidak harus menunggu hati siap, justru dengan berhijab akan membuat hati selalu siap. Siap menaati segala ketentuan baik dari Nya. Karena tidak ada ketentuanNya yang merugikan selama ikhlas dalam menjalankannya.

Hijab yang dikenakan oleh Widuri memang tidak selebar milik Ranti. Tapi tetap longgar dan syar’i. Ada pernah sekali Salma iseng mencobanya pada saat dia jalan- jalan ke rumah Widuri. Ada perasaan lain yang hadir pada saat Salma mengenakannya. Segera di lepasnya kain berukuran persegi itu. Beruntung saat itu Widuri sedang mengambil minuman. Sehingga Salma tidak terlalu takut ketahuan.

“Hus, kok bengong lagi sih, Ma? Gadis cantik itu nggak boleh terlalu banyak bengong. Nanti jodohnya di ambil orang”. Canda Widuri. “Sudah lupakan saja soalan aku tadi. Kalau kamunya belum punya jawaban, aku doain segera dapat hidayah. Mungkin itu jawabannya. Hehehe” Widuri tersenyum melihat Wajah Salma yang masih kebingungan.

Ya, Salma sebenarnya masih bingung dengan dirinya sendiri. Sudah sering dia membaca dan menonton ceramah tentang wajibnya berhijab. Tapi belum sedikitpun hatinya menuju kesana. Malam ini dia berencana untuk membagi kebingungannya ini bersama Ranti. Mungkin Ranti tahu jawabannya.

#Pejuang30DWC #30DWCJilid8 #Squad9

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Kamu Bahagia?

-Sister From Another Mom- Chapter III (Contemplation)

Siluet Pemberi Bahagia