-Sister From Another Mom- Chapter VI (Hospital)
Gerimis tipis
mulai turun. Beriringan dengan datangnya pagi yang terlihat redup. Tidak ada
matahari. Angin berhembus begitu lembut. Menggugurkan daun yang sudah menguning
dari dahannya. Menyerakkannya kemana-mana. Sudah pasti sebentar lagi akan ada
yang membersihkannya. Seperti hari-hari sebelumnya.
Tampak langkah-langkah
kaki sedang bergerak cepat di beberapa lorong jalan. Sesekali mengelak dari
lubang yang tajam. Lalu kembali meneruskan perjalanan sembari melihat langit.
Menerka-nerka apakah gerimis masih akan lama. Atau malah hujan deras
penggantinya.
Di dalam sebuah
gedung putih dengan halamannya yang luas terlihat di isi oleh beberapa
pengunjung. Ada yang sedang menunggu antrian untuk mengambil obat, ada pula
yang menunggu di panggil untuk di periksa kesehatannya. Di ruangan lainnya lagi
ada yang sedang menunggu kabar baik tentang kelahiran, ada juga yang sedang bersiap
tentang kabar buruk mengenai kematian. Dan masih ada beberapa lagi ruangan yang
memiliki kisahnya masing-masing.
Dan di sinilah
Salma. Di dalam ruangan yang berukuran cukup besar. Sedang terbaring tanpa
sadar. Pasca kejadian yang menimpa diri nya, dia langsung di larikan ke rumah
sakit terdekat. Beruntung penanganan yang cepat membuat Salma terselamatkan. Jika
lambat sedikit saja, kemungkinan buruk bisa saja terjadi.
---
Ibu dan bapak
Salma sangat terkejut pada saat mendengar kabar ini. Tidak menunggu lama,
segera keduanya menuju rumah sakit yang telah meneleponnya. Sedangkan abang
Salma menyusul setelah pulang kerja. Adiknya pula menunggu di rumah.
Sesampainya di
rumah sakit, ibunya terlihat sangat khawatir. Karena pada saat perjalanan
menuju rumah sakit, dirinya kembali mendapat kabar bahwa Salma harus segera di
operasi. Benturan yang terjadi di kepalanya menyebabkan adanya gumpalan darah
yang harus di bersihkan. Jika tidak segera di bersihkan, maka akan berdampak
buruk bagi Salma.
Operasi pun di
laksanakan sekitar pukul 8 malam. Sang ibu tidak henti-hentinya merapal doa di
dalam hatinya. Mengusir kekalutan yang menimpa jiwanya. Jilbabnya sudah basah
dengan air mata.
“Assalamu’alaikum”
sebuah suara menyadarkan ibunya Salma dari gelisah hatinya. Dia menoleh ke arah
sumber suara.
“Wa’alaikumsalam”
jawabnya dengan suara sedikit parau karena terlalu lama menangis.
“ibu ini orang
tua dari korban kecelakaan tadi kah?” tanya laki-laki yang berada di depan ibunya
Salma.
“iya, benar. Anda
ini siapa?” tanya ibunya Salma heran.
“Mohon maaf
sebelumnya, Bu. Saya Farisi. Kalau di izinkan, saya akan bercerita kronologi
dari kecelakaan tadi” laki-laki yang
bernama Farisi itu mencoba meminta izin kepada ibunya Salma.
Di balas dengan
anggukan kecil dari sang ibu.
---
Sekarang sudah
pukul 8 pagi. Gerimis tadi sudah berganti menjadi hujan yang sangat lebat. Membuat
kaca-kaca jendela di ruangan Salma di rawat mengembun. Ibunya masih setia di
samping Salma. Memegang tangannya dengan erat. Tidak ingin di lepas. Operasi yang
berlangsung selama 4 jam tadi malam telah berhasil di laksanakan. Namun, sampai
pagi ini Salma belum juga sadarkan diri.
Ranti juga ada di
sana. Hatinya sangat sedih melihat kondisi Salma saat ini. Kepalanya di balut
dengan perban. Menutup bekas operasi tadi malam. Luka-luka kecil juga terlihat di
wajah sebelah kiri dan lengan kirinya.
Ranti menduga
bahwa pastilah kemaren sore Salma mengkhawatirkan dirinya. Karena tidak mungkin
dia keluar di saat hujan lebat, apalagi keluar menuju kampus. Kecuali untuk mencari
dirinya yang tidak kunjung pulang. Ah, rasa bersalah itu semakin membuncah di
hatinya. Setitis air mata jatuh di pipinya. Segera di hapusnya dengan cepat.
Ranti sudah
mengetahui kronologis kejadian dari ibunya Salma. Laki-laki yang bernama
Farisi-lah pelaku dari tabrakan tanpa sengaja ini. Karena menurut pengakuan
Farisi, dia sudah memberikan peringatan dari jarak yang cukup jauh. Tapi dikarenakan
kondisi sedang hujan lebat, mungkin Salma tidak terlalu mendengarnya. Sehingga terjadilah
tabrakan ini. Tapi Farisi akan tetap bertanggung jawab sampai Salma benar-benar
sembuh. Setelah menceritakan kronologi kejadian kepada ibunya Salma tadi malam,
dia pun pamit untuk pulang. Tidak lupa dia meninggalkan nomor telepon kepada
ibunya Salma. Agar nanti bila Salma sudah sadar, untuk dapat memberinya kabar.
Sudah 15 menit
yang lewat bapak dan abangnya Salma pulang ke rumah. Katanya ingin membersihkan
badan dan mengambil beberapa barang yang di perlukan. Awalnya Anto ingin
menggantikan ibunya, biarlah dia saja yang menunggu Salma. Tapi ibunya menolak
niat baik Anto. Malah menyuruh Anto untuk menemankan bapaknya pulang.
Sekarang ruangan yang
di isi oleh 3 orang ini terasa sangat sunyi. Bunyi detak jam dinding menjadi suara
latar di tengah kesunyian. Sesekali dari luar ruangan terdengar langkah kaki
perawat yang lewat.
“Aaa.....iiii.....rrr”
suara Salma terdengar putus-putus. Ibunya terkejut. Segera bangkit dan melihat
apa benar Salma sudah sadar. Hal yang sama juga di lakukan oleh Ranti. Ternyata
benar, Salma sudah sadar. Meskipun matanya belum di buka. Tapi tangannya
terlihat bergerak seperti mencari sesuatu.
“aaa....uuuu...sss”
masih dengan suara tersekat, Salma mengatakan sesuatu. Awalnya Ranti dan ibunya
Salma terlihat bingung. Tapi segera mereka tahu bahwa Salma sedang haus dan
ingin minum. Ranti langsung mengambil air yang sudah tersedia di atas meja
disamping tempat dia duduk. Segera diberikannya kepada ibunya Salma.
“Ran, tolong
beritahu dokter atau perawat, kalau Salma sudah sadar.” pinta ibunya Salma
sambil memberikan minum kepada Salma.
Ranti mengangguk
cepat dan keluar menuju meja perawat.
#pejuang30DWC #DWCjilid8 #Squad9 #SFAM #Hospital
Komentar
Posting Komentar