Sister From Another Mom (Chapter I)



“Salma, payungnya jangan lupa dibawa” suara  khas milik Ranti terdengar dari dalam kamar kos.

“Iya kak” balas Salma pendek sambil mencari- cari sepatu miliknya di rak sepatu khusus anak kos. Setelah ditemukan, dia segera meraih payung yang tidak jauh dari rak sepatu tadi.

Salma, gadis yang resmi dua bulan ini menjadi penghuni kos putri di kawasan Jalan Pramuka. Dia baru saja diterima sebagai mahasiswa baru di salah satu kampus swasta di daerahnya ini. meskipun letak rumah Salma masih berada di satu daerah yang sama dengan kampusnya ini, namun jarak menuju kampusnya terbilang cukup jauh. Butuh waktu 1 jam untuk menempuhnya. Maka dari itu dia memutuskan untuk tinggal di kos saja.

Ibu Salma yang cukup protektif tidak ingin anaknya sembarangan memilih tempat kos. Setelah seharian mencari kos yang layak untuk anak perempuan satu- satunya ini, akhirnya diputuskan untuk memilih kos khusus putri di Jalan Pramuka yang kebetulan sangat dekat dengan kampus barunya.

Rumah kos ini terbilang cukup murah dan nyaman. Terdiri atas 2 kamar untuk ukuran 2 orang dan 2 kamar untuk ukuran 1 orang. Salma yang pada saat itu belum tahu bagaimana hidup dengan cara ngekos, akhirnya memilih kamar dengan ukuran 2 orang. Besar harapannya dia akan menemukan roommate yang baik selama hidup di kos- kosan.

Harapan Salma pun dikabulkan. Dia mendapatkan kamar dengan penghuni bernama Ranti yang sudah 2 tahun kos disini. Dan ternyata Ranti juga sedang kuliah di kampus yang sama dengan Salma. Bertambah senanglah hati Salma. Bahwa ada kakak tingkat di tempat tinggal barunya ini.

Selain Ranti, masih ada anak kos lainnya. Ada Nurma, Widya dan Lastri. Mereka bertiga juga sama- sama masih kuliah. Nurma dan Widya sedang kuliah tingkat tiga di Perguruan Tinggi negeri  sedangkan Lastri, satu- satunya anak kos yang kuliah sambil kerja. Oleh karenanya, Lastri mengambil kelas karyawan yang masuk kuliahnya setiap hari jumat dan sabtu. 

Berbeda dengan ketiga penghuni kos tersebut. Di mata Salma, Ranti tidak hanya teman sekamar, tapi lebih dari itu. Salma sudah menganggap Ranti sebagai keluarganya sendiri. Salma yang tidak pernah merasakan kasih sayang dari seorang saudara perempuan, akhirnya bisa dia rasakan melalui Ranti. Ranti yang selalu perhatian tidak pernah lupa mengingatkan hal- hal penting kepada Salma. Sekalipun ianya sangat remeh dan kecil. 

Seperti sore ini, Salma ingin pergi belanja keperluan dapur untuk sepekan kedepan. Biasanya dia bersama Ranti akan berbelanja di pasar yang tidak jauh dari kos mereka. Tapi sore ini Ranti sedang mengerjakan proposal penelitiannya, sehingga Salma memutuskan untuk pergi sendirian.

Cuaca beberapa hari terakhir ini tidak bisa di tebak. Sebentar- sebentar hujan. Selepas itu panas sepanjang hari. Mengingat sore ini awan gelap mulai mengisi langit dan lumayan berangin, Ranti mengingatkan Salma untuk membawa payung. Khawatir bila ternyata hujan benar- benar datang di tengah perjalanan pergi atau pulang nanti. 

---

Sekarang sudah pukul 8 malam. Salma dan Ranti baru saja menyelesaikan makan malam mereka. Makan malam kali ini kembali molor dari seharusnya. Biasanya mereka akan makan malam sekitar pukul 7 sebelum masuk sholat isya. Karena hujan benar- benar turun sore tadi, membuat Salma terlambat kembali ke kos. Tapi masih beruntung Salma membawa payung. Paling tidak kepalanya terhindar dari air hujan. 

“kepala kamu tidak apa- apa kan, Ma?” Tanya Ranti sambil membereskan tempat mereka biasa makan bersama. Hanya sedikit ruang kosong yang sengaja di sisakan untuk sholat, makan dan beberapa peralatan dapur. Untuk memasak sendiri ada dapur khusus untuk anak kos. Pemilik kos sangat baik, sehingga mau membuatkan dapur kecil di belakang.

“Allhamdulillah, Tidak Kak.” Salma membalasnya sambil tersenyum. Dia ingat sekali bagaimana repotnya Ranti mengurus dirinya pada saat demam karena terkena hujan beberapa minggu yang lewat. Ranti sampai harus izin dari kuliahnya karena harus merawat Salma. Padahal Salma sudah meyakinkan kepada Ranti bahwa dirinya tidak apa- apa. 

“Syukurlah” Jawab Ranti Tenang. Senyum tipis terlihat diwajahnya. “Kamu ada rencana mau pulang kerumah dalam waktu dekat ini ?” Tanya Ranti sambil membuka sebungkus kopi instan ke dalam mug miliknya. Rencananya dia akan bergadang lagi malam ini. Proposal penelitiannya masih belum selesai. 

“Rencananya begitu, Kak. Tapi Aku belum bisa pastikan. Kadang Pak Beni suka ngambil jatah akhir pekan. Dan Kak Ranti pasti tau kan bagaimana sifatnya Pak Beni itu” Terang Salma sambil membuka kopi instan, mengikuti jejak Ranti. 

Benar kata Salma. Dikampusnya tidak ada satu orang pun yang tidak mengenal Pak Beni. Laki- laki yang terbilang cukup muda untuk kalangan usia dosen lainnya, tapi memiliki jalan fikiran yang tidak bisa di tebak. Kadang terlihat dewasa, namun di lain waktu sangat kekanak- kanakan. Ranti cukup paham dengan tingkah dosen yang satu ini. 
--- 
#Pejuang30DWC #30DWCJilid8 #Squad9 #Day8 #Cerbung

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Kamu Bahagia?

-Sister From Another Mom- Chapter III (Contemplation)

Siluet Pemberi Bahagia