-Sister From Another Mom- Chapter VII (a little Salma)
Pagi ini sinar
matahari bersinar cerah. Menembus lewat jendela kaca setiap ruangan. Ada
beberapa yang terhalang oleh tirai yang terjuntai panjang. Namun tidak
menghalangi kehangatannya menyusup di setiap cela. Mengusir dingin yang
disebabkan hujan beberapa hari yang lewat.
Rumput-rumput
hijau terlihat tumbuh dengan segar. Bunga-bunga mulai bermekaran dengan menawan.
Sesekali kupu-kupu datang menghampirinya. Lalu terbang lagi. Mencari bunga yang
jauh lebih menawan
Langkah-langkah
kaki terlihat begitu pantas. Membawa ranjang yang berkaki roda. Mendorongnya menuju
ruangan darurat. Dan di iringi dengan suara tangis di belakangnya. Mungkin sesuatu
yang buruk sedang terjadi.
Ada pula beberapa anak kecil yang berlari
kesana kemari bersama temannya. Sambil membawa boneka panjang yang sepertinya
sudah lama tidak di bersihkan. Terlihat usang. Tapi raut wajahnya tidak
menunjukkan bahwa boneka itu layak di buang. Bahkan di pegangnya erat. Khawatir
ada yang mengambilnya diam-diam. Salma menikmati pemandangan di sekelilingnya
dengan wajah bahagia. Belum pernah dia merasakan hal yang seperti ini
sebelumnya.
Pagi ini dia ingin
menikmati segala aktivitas yang ada di rumah sakit ini, sebelum sore nanti
pulang ke rumah. Ibunya sedang mempersiapkan kepulangannya. Bersama bapak, ibu
mengurus kelengkapan administrasi yang harus segera diselesaikan. Di sini dia
bersama Ranti. Dengan menggunakan kursi roda, Ranti membawanya keliling taman
rumah sakit. Setelah puas berkeliling, mereka memilih berhenti di depan
beberapa anak-anak yang sedang berlarian.
Salma tersenyum
melihat tingkah mereka. Di antara mereka, ada satu orang anak yang mengenakan
hijab. Dirinya terlihat paling ceria diantara
yang lainnya. Melihat kedatangan Salma dan Ranti, anak tersebut
mendekati mereka.
”Assalamu’alaikum”
sapa gadis kecil berhijab itu.
“wa’alaikumsalam
warohmatulahi wabarokatuh” balas Salma dan Ranti tidak kalah riangnya.
“kakak sakit apa
kak ?” tanya gadis kecil berhijab itu kemudian sambil memandang Salma.
Salma dan Ranti
tersenyum mendengar pertanyaan polos dari gadis kecil berhijab itu. Belum sempat
Salma ingin menjawab, teman-temannya sudah memanggilnya lagi. Mengajaknya untuk
bermain. Segera di tinggalkannya Salma dan Ranti yang mendadak terkejut. Gadis kecil
berhijab itu memiliki nama yang sama. Salma.
Salma kecil
melanjutkan permainannya. Seolah melupakan bahwa ada pertanyaannya yang belum
di jawab. Di tengah kebingungan Salma dan Ranti, tiba-tiba datang seorang
wanita paruh baya mendekati mereka.
“mohon maaf ya
atas keusilan mereka” ujar wanita tersebut sambil menunjuk Salma kecil dan
teman-temannya yang sedang bermain. “apalagi Salma. Dia paling ceria dan ramah.
Saking ramahnya, dia senang sekali jika bertemu dengan pasien yang ada di rumah
sakit ini. Katanya bila melihat keramaian seperti ini, dia tidak lagi merasa
sendiri” tutur wanita separuh baya itu lagi tanpa di minta.
“ohya, saya Lasmi. Pengasuh anak-anak
penderita kanker di Rumah Kita Peduli” tanpa basa-basi wanita separuh baya itu
mengenalkan diri dan mengulurkan tangannya kepada Salma dan Ranti. Seketika Salma
dan Ranti kaget, tapi segera diterimanya uluran tangan itu. Menjabatnya sembari
menyebutkan namanya masing. Reaksi Lasmi terkejut pada saat Salma menyebutkan
namanya. Karena sama dengan Salma kecil.
“mereka sudah
lama menjalani perawatan di sini. Terutama Salma. Kanker yang di hadapinya
sudah memasuki stadium akhir. Sudah berkali-kali melakukan kemoterapi. Tapi belum
ada hasil yang menunjukkan kepada kesembuhan.” Lasmi melanjutkan kisah tentang
Salma kecil. Yang di ceritakan masih saja asik dengan teman-temannya. Berlarian
seperti tanpa beban.
“orang tuanya
sudah lama tidak ada. Tapi dia tidak pernah merasa sedih. Kehadiran kami di
Rumah Kita Peduli sudah menggantikan posisi orang tua bagi Salma. Salma tidak
lagi merasa sepi atau sedih. Diantara teman-temannya yang lain, Salma juga yang
paling rajin ibadah. Meskipun terbilang masih kecil, sholatnya tidak pernah
alpa. Bahkan dia yang seringkali mengingatkan teman-temannya untuk sholat. Dan jangan
salah sangka, hijab yang di kenakannya saat ini bukan karena ingin menutupi
kepalanya yang sudah tidak ada rambut akibat kemoterapi. Tapi, jauh sebelum
kemoterapi di jalankan, Salma sudah berhijab. Kami sangat bangga dengan Salma
yang meski masih kecil, tapi tidak lelah untuk belajar taat kepada Allah”
terdengar sedikit perubahan suara dari Lasmi. Sedikit bergetar. Bahkan bola
matanya terlihat mulai berkaca-kaca.
Salma dan Ranti
yang sedari tadi mendengarkan seperti faham apa yang sedang dirasakan oleh
Lasmi. Didunia ini tidak ada yang benar-benar kuat menghadapi setiap ujian. Meskipun
tampak tegar di hadapan orang, namun aslinya bisa jadi jauh lebih lemah. Mungkin
dibalik keceriaan dan keramahan Salma kecil, ada kesedihan yang sedang di
rasakannya sendiri. Yang tidak ingin di bagi kepada orang lain.
“aduh, maafkan
saya yang tiba-tiba seperti ini. Saya memang tidak bisa menahan diri kalau
sudah menyangkut Salma. Karena bagi saya dia adalah guru kecil yang selalu
memberi pelajaran bagi saya. Tentang ketegaran, ketaatan dan banyak lagi. Karena
itu saya sangat senang untuk menceritakannya kepada orang lain. Harapan saya,
mereka yang mendengarkan cerita ini sudi kiranya mendoakan yang terbaik untuk
Salma. Semoga di berikan kesembuhan dan kekuatan untuk menjalani hidup di sisa
usianya saat ini” imbuh Lasmi sambil menyeka air mata yang mengalir di hujung
matanya.
Salma kecil masih
saja terus bermain. Tanpa sadar bahwa doa-doa terbaik untuk dirinya sedang bertemu
di langit sana. Menambah keceriaan pagi yang sememangnya sudah sangat cerah. Diam-diam
Salma dan Ranti turut mendoakan. Sambil menyeka air mata yang pelan-pelan
keluar di tepi matanya.
#pejuang30DWC
#DWCJilid8 #Squad9 #Day16 #SFAM #SalmaKecil
Komentar
Posting Komentar