Kenapa Kita Harus Bantu Muslim Suriah ?
Tulisan ini merupakan postingan dari website www.bumisyam.com bisa dibuka disini
Jeritan anak-anak kecil, tangisan orang tua renta yang kehilangan
sanak saudara dan rintihan batin korban luka-luka yang kehilangan
anggota badannya menjadi pemandangan memilukan yang terjadi setiap
harinya di Suriah. Hingga kini, jumlah korban jiwa telah mencapai lebih
dari 300.000 jiwa sejak tragedy berdarah ini terjadi di tahun 2011.
Lebih dari 2 juta penduduk kehilangan tempat tinggal yang mengharuskan
mereka rela tinggal di tenda-tenda pengungsian yang jauh dari kata layak
untuk tempat tinggal. Krisis inipun telah menelan ratusan ribu korban
luka-luka berat akibat muntahan bom birmil dan roket-roket yang
diluncurkan oleh rezim tiran secara sporadis. Boleh jadi angka-angka
tersebut masih terus bertambah setiap harinya.
Tentu saja tidak ada yang mengetahui secara persis kapan tragedy
kemanusian ini akan berakhir, kecuali hanya Allah Sang Maha Pencipta.
Namun, bagaimana pun juga tidak ada alasan bagi kita untuk menutup mata
dan telinga dari penderitaan rakyat Suriah yang semakin bertambah hari
bertambah pula duka dan nestapa mereka.
Ironisnya lagi, di tengah penderitaan rakyat muslim Suriah masih ada
yang memandang sebelah mata terhadap bantuan kepedulian kepada mereka.
Bahkan ada pula yang bersikap melampaui batas dengan menuduh setiap
bantuan kemanusiaan yang dikirimkan ke Suriah hakikatnya membantu para
teroris. Tentu saja, tuduhan keji seperti ini menjadi cerminan buruk dan
rendahnya nilai kemanusiaan yang dimiliki.
Ditambah lagi, ucapan-ucapan sumir yang menganggap membantu saudara
sebangsa yang lebih dekat jauh lebih penting dari pada membantu orang
jauh yang tidak ada kaitannya dan hubungan darah. Apa pun komentar dan
anggapan yang keluar dari sebagian kalangan, hal itu tak lepas dari
ketidaktahuan tentang arti petingnya membantu muslim Suriah. Benarlah
perkataan matsal ‘arobi (kata mutiara arab) “Annaasu a’daau maa jahiluu”
(manusia seringnya memusuhi apa yang tidak mereka ketahui).
Sebagai seorang muslim yang ditakdirkan menjadi warga negara
Indonesia, membantu rakyat muslim Suriah seharusnya menjadi “kewajiban”
dan “kebutuhan”. Sejatinya kita lah yang butuh untuk membantu mereka.
Bukan mereka –rakyat Suriah- yang membutuhkan bantuan kita. Mengapa
demikian ? karena dengan adanya krisis kemanusiaan di Suriah saat ini
sejatinya menjadi moment baik bagi kita kaum muslimin Indonesia untuk
membantu mereka agar bisa mendapatkan doa-doa mustajab dari mereka.
Bukankah doa-doa orang yang terdholimi mustajabah di hadapan Allah ?!
Diharapkan dengan doa-doa mereka bisa merubah kondisi bangsa kita ini
menjadi lebih baik dari pada sebelumnya dan saat ini.
Memang tidak mudah untuk membuka mata hati agar mau peduli dengan
saudaranya apalagi yang berada jauh di Suriah sana. Berikut ini beberapa
alasan kenapa kita harus membantu mereka ;
1. Keterkaitan muslim suriah dengan muslim Indonesia diikat dengan
ikatan persaudaraan yang ditetapkan oleh Allah ta’aa. Sebuah ikatan
persaudaraan yang menembus batas territorial negara dan letak geografis.
Sebagaimana firman-Nya : “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu
bersaudara” [ QS. Al Hujurot (49) : 10 ].
2. Negeri Suriah adalah kawasan yang termasuk wilayah bumi Syam
yang diberkahi oleh Allah ta’ala. Bahkan negeri Suriah menjadi jantung
bumi Syam. Negeri Suriah juga bagian dari bumi yang dinaungi oleh para
malaikat Ar Rohmân. Hal itu seperti yang dikabarkan oleh Rosululloh
-shollallohu ‘alaihi wa sallam- : “Beruntunglah negeri Syam, -beliau
ucapkan tiga kali-. Sesungguhnya para malaikat Ar Rohman membentangkan
sayap-sayapnya di atas bumi Syam” [HR. Ahmad]. Inilah bentuk kemuliaan
bumi Syam atas negeri-negeri lainnya yang ditetapkan oleh Allah Robbul
‘Izzah. Menjadi kewajiban bagi setiap mukmin untuk memuliakan apa yang
dimuliakan oleh Allah ta’ala dan mengagungkan apa yang diagungkan
oleh-Nya. Itulah konsokwensi iman. Namun, hari ini bumi Syam telah
kehilangan kemuliaan dan kemerdekaannya. Akankah kita membiarkannya ?!
3. Kebaikan dan keburukan kaum muslimin di seluruh dunia
ditentukan dengan kebaikan dan keburukan penduduk negeri Syam. Hal itu
telah dinyatakan oleh baginda Nabi Muhammad -shollallohu ‘alaihi wa
sallam- dalam sabdanya : “Apabila telah rusak penduduk negeri Syam, maka
tidak ada lagi kebaikan bagi kalian” [HR. Ahmad]. Jika kita mengabaikan
persoalan negeri Syam maka keburukan dan kebinasaan juga akan menimpa
kita semua. Inilah yang dipahami oleh para pendahulu kita dari generasi
terbaik umat ini yaitu dari kalangan sahabat Nabi. Tidak mengherankan
jika dalam catatan sejarah telah mengabadikan bagaimana kegigihan mereka
dalam mebebaskan bumi Syam dari cengkeraman penguasa dzolim. Akankah
kita mengabaikannya sementara darah ribuan syuhada telah dipersembahkan
untuk membebaskan dan memuliakannya ?!
4. Sudah banyak dari kalangan rakyat Suriah yang tertindas
mengirimkan pesan-pesan dan permohonan bantuan kemanusiaan ke seluruh
penjuru dunia melalui media social. Beraneka ragam bentuk permohonan
bantuan yang mereka kirimkan, mulai dari keamanan diri, bantuan
makanan, bantuan pakaian dan kebutuhan hidup lain. Masihkah kita berdiam
diri tatkala ada sebagian dari saudara kita berteriak meminta
pertolongan ?! sementara dalam hadits qudsi Allah meminta
pertanggung-jawaban kepada seorang hamba ketika ada saudaranya meminta
bantuan namun dia tidak membantunya. Sebagaimana dalam hadits shohih
Muslim, Nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam- pernah bersabda : Allah
berfirman : “Wahai anak Adam, Aku sakit dan engkau tidak menjenguk-Ku.
Berkata sang hamba :”Ya Robb, bagaimana mungkin aku menjengu-Mu
sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?! Allah berfirman : tidakkah
engkau tahu bahwa hamba-Ku fulan sedang sakit, jikalau engkau
menjenguknya niscaya akan kau dapati Aku di sisinya. Wahai anak Adam,
Aku meminta makan kepadamu dan engkau tidak memberi-Ku makan. Berkatalah
sang hamba : wahai Robb, bagaimana aku memberi-Mu makan sedangkan
Engkau adalah Robb semesta alam?! Tidakkah kau ketahui bahwa hamba-Ku
fulan meminta kepadamu makan dan engkau tidak memberinya makan, tahukan
engkau jikalau kau memberinya makan niscaya engkau akan mendapatinya di
sisi-Ku” [HR. Muslim].
Lalu, akankah kita menghindar dari pertanyaan tersebut di hari kiamat kelak ?! alasan apakah yang akan kita sodorkan tatkala kita menghindar dari tanggung jawab itu, sementara informasi tentang penderitaan mereka telah sampai kepada kita ?!
Lalu, akankah kita menghindar dari pertanyaan tersebut di hari kiamat kelak ?! alasan apakah yang akan kita sodorkan tatkala kita menghindar dari tanggung jawab itu, sementara informasi tentang penderitaan mereka telah sampai kepada kita ?!
5. Saat ini tragedy kemanusiaan yang terjadi di Suriah sudah
ditetapkan oleh PBB sebagai krisis kemanusiaan terbesar pasca perang
dingin. Hal itu telah disampaikan oleh sekjen PBB Ban Ki Moon dalam
banyak moment. Masihkah kita menganggap remeh permasalahan ini ?! tidak
peduli kah kita dengan mereka ?!
6. Urusan peduli dan rasa kemanusiaan tidaklah selamanya diukur
dengan dekat atau jauhnya jarak yang ditempuh. Tidak pula selamanya yang
dekat lebih penting dari pada yang jauh. Bisa jadi kenestapaan dan
penderitaan yang berada jauh dari kita, lebih mendesak kebutuhannya dari
pada yang lebih dekat. Dan boleh jadi kepeduliaan kita dengan orang
yang terjauh dari kita menjadi sebab turunnya barokah dan rohmah untuk
orang-orang yang lebih dekat dengan kita. Tidakkah kita ambil pelajaran
dari kebijakan kholifah Abu Bakar –rodliyallohu ‘anhu- tatkala beliau
berpendirian kuat untuk memberangkatkan pasukan Usamah bin Zaid ke Syam
sementara kondisi di Madinah sendiri dalam keadaan labil. Banyaknya
gerakan pemurtadan dan pemberontakan dan pembangkangan di sekitar
Madinah, menjadi pertimbangan bagi sebagian besar sahabat Nabi tidak
terkecuali Umar bin Khotthob untuk memberikan saran kepada Kholifah Abu
Bakar menunda pemberangkatan pasukan Usamah bin Zaid. Namun secara tegas
Abu Bakar menolak penundaan tersebut dan tetap memberangkatkan pasukan
Usamah menuju ke Syam untuk membebaskan para penduduknya dari penguasa
dzolim Romawi saat itu. Di luar dugaan, keberangkatan pasukan tersebut
justru membuat kondisi di Madinah stabil.
7. Beberapa waktu yang lalu, kaum muslimin di Gaza-Palestina juga
mengadakan penggalangan dana untuk muslimin Suriah. Subhanalloh, mereka
dalam kondisi yang memprihatinkan masih mau peduli dengan yang lain.
Lalu bagaimana dengan kita ?! Tidak malukah kita sebagai kaum muslimin
Indonesia yang hidupnya relatif lebih aman dan nyaman ketimbang
saudara-saudara kita di Gaza-Palestina ?! seharusnya info ini menjadi
motivasi bagi untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.
Semoga beberapa alasan ini bisa membuka mata hati kita untuk lebih
peduli dengan saudara-saudara kita yang tertindas di negeri Syam. Kita
pun berharap semoga Allah ta’ala melimpahkan keberkahan bagi negeri ini
dikarenakan kepedulian kita terhadap saudara-saudara yang ada di sana.
Oleh : Abu Harits, Sekjen Forum Indonesia Peduli Syam (FIPS)
Abu Harits
Sekjen FIPS (Forum Indonesia Peduli Sya
Sekjen FIPS (Forum Indonesia Peduli Sya
Komentar
Posting Komentar